Apa yang terlintas
dalam pikiran anda ketika mendengar kata “CHEERLEADERS”
? Sekumpulan gadis remaja cantik, seksi atau perkumpulan wanita yang tidak
baik. Pemikiran seperti itu sirna seketika ketika anda bertemu 7 gadis remaja Tionghoa,
Junny Andrea, Innes, Karsela, Devi, Santi, Veren dan Vidya yang tergabung dalam
anggota cheerleaders SMA Amkur
Pemangkat.
Memiliki hobi dan bakat yang sama dalam bidang tarian atau dance membuat ke-7 gadis remaja ini
sepakat mendirikan sebuah tim cheerleaders
di Amkur Pemangkat tahun lalu, tepatnya pada tanggal 7 Juli 2013 dan diberi
nama ELB. Para anggota ELB pun sepakat membuat motto “If You Believe, You can do it”. ELB sejatinya tidak memiliki leader, sebab semua anggotanya bisa
menjadi leader. “kami di tim ini gak
ada leader, semuanya bisa jadi leader”, kata Junny Andrea (17) salah
satu anggota tim ELB (25/5).
Menurut mereka, pemandu sorak itu bagus, bisa ngembangin
bakat, bisa menjadi penyemangat bagi anak-anak basket yang lagi tanding dan lebih
banyak dikenal orang juga sekalian memeriahkan kegiatan. Untuk menjadi pemandu
sorak, seseorang harus memenuhi beberapa syarat seperti ada bakat cheers, harus percaya diri dan yang
terpenting harus berpenampilan menarik. “seorang pemandu sorak harus berpenampilan
menarik, kalau gak menarik entar gak ada yang mau nonton lagi”, katanya.
Jam terbang tim ELB bisa dibilang masih kurang. Mereka memang
sudah sering tampil dalam setiap pertandingan yang diadakan oleh Amkur, salah
satunya adalah Amkur Cup dimana setiap bulan Oktober sekolah ini selalu
mengadakan pertandingan basket dan cheerleaders.
Namun, tahun perdana mereka dikancah cheerleaders tingkat Kabupaten memang belum
melihatkan hasil positif. Dua kali ikut pertandingan cheers, dua kali pula
meraih juara 4. “Terlalu banyak saingan, tapi juara 4 udah bangga kok, gak
sia-sia latihan, bisa dapat tropi, piagam sama uang”, tukasnya.
Maklum saja kalau hanya hasil seperti itu yang mampu mereka
raih, karena mereka belajar tarian dan gerakan baru saja hanya secara autodidak. “Belajar gerakan baru, ya
kami sama-sama cari terus biasa ada lihat video-video di youtube”, jelas salah
satu anggota tim pemandu sorak ELB.
Jadwal latihan yang kurang efektif. Kadang-kadang seminggu
dua kali, tergantung ada waktu luang apa tidak juganya sangat mempengaruhi
kualitas gerakan mereka. Selain itu, tidak adanya guru Pembina membuat sifat keegoisan
mereka sering muncul dan akhirnya membuat sedikit keadaan memanas. “Kendala
terbesar kami adalah tidak adanya guru pembiha, misalnya gini ada anggota yang
mau begini terus satunya mau begini ya begitulah”, tegas Junny sambil
menyembunyikan wajah kesalnya.
ELB sendiri telah memberikan makna yang sangat penting bagi
semua anggotanya. “ELB berarti banget buat aku. Mulai latihan, ada yang cedera,
beda pendapat masing-masing, ada yang ngambek. Tapi, intinya kami tetap kompak
dan selalu bersama”, ungkap salah satu anggota ELB.
Walaupun penuh halangan dan rintangan, sesuai degan motto
mereka bertujuh, harapan mereka semoga ada penerus cheers. “Semoga ada penerus cheers
seperti kami karena kami kan udah mau kelas 3, jadi mau fokus sekolah dan
belajar dan semoga Amkur terus berkembang”,
kata Junny dengan wajah khas Tionghoanya.
Dengan kepercayaan yang mereka miliki, semua anggota ELB
yakin suatu saat nanti mereka bisa mengharumkan nama ELB dan Amkur dikancah
Nasional dan Internasional. Dan dengan kepercayaan ini pula mereka mampu
bertahan dan selalu kompak sampai sekarang. Sukses buat anggota ELB dan seluruh
siswa-siswi Amkur, baik dibidang olahraga, seni maupun pelajaran.
Posted by 6:05 AM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment