Postingan Bebas tapi Tidak Sebebas-Bebasnya

Puisi Sobat Flatulence untuk Memperingati Hari Sumpah Pemuda

Puisi Sobat Flatulence untuk Memperingati Hari Sumpah Pemuda

Kami Mulut yang Bersajak

Perkenalkan aku penyair berdarah putih
Aku datang untuk semesta negeri ini
Aku bernyanyi lagu rindu leluhurku
Bernyanyi sebisaku, bergumam semauku
Aku pemuda,
Negarawan paling belia
Berdiri disini menantang matahari
Dan masih setia..
Menunggu kau mendengarku bernyanyi!

Kami negarawan belia turun ke jalan
Tak menginjak aspal
Tak menghirup debu
Kami hanya mengajakmu berseru
Sebab langkah kita telah terpatah alpa

Kami menangis tersedu-sedu
Di tengah jamah kota yang gila
Bermimpi di rawa-rawa surga
Di deru ombak berasap
Kami hampir mati
Dan Indonesia bahasanya mulai mengungsi

Titik kulminasi berontak
Ah ayah ibu!
Sejak dulu sampai kini
Kau ajarkan air mata tutur merdu
Dalam bahasa pertiwi
Tapi kini!
Sungguh kini,
Penghapus pilu telah merasuk kejam.
Hingga kami tersudut paling dalam

Aku atas nama “Kami”
Menolak prahara bahasa
Aku ingin agung kembali bergema
Dan di atas trotoar ini aku berkumandang;
“ Tulis dengan seksama bait-bait baliho itu, spanduk itu, poster itu dan nama Ibuku! Serta ayahku! Sebab aku bukan aku, aku adalah kami negarawan belia yang siap berjuang sampai tak ada darah yang berwarna putih lagi”
Dan kini hidupkanlah kami, suarakan apa yang kami nyanyikan.
Santunkan lembut dalam simfoni pemuda dan bangsa yang cinta bahasa

Mungkin ini hanya paduan suara tanpa nada
Dari ronta cekikikan pemuda gila
Meski kalkulasinya hanya nol tanpa titik
Sadarilah tanpa ini sebentar lagi kita mati

Di penghujung jalan ini
Masih ada tikungan yang kau ingin tuju
Urungkan dulu, jalan lurus masih panjang
Di sisa-sisa penghabisan, takkan kami relakan untuk tiba
Sebab kami masih ingin titik ini beranjak menjadi berani!
Atas satu nama jiwa-jiwa yang peduli merdeka
Penerus puisi Bung Karno dalam pidato kobarnya!

Hidup dalam kehilangan
Berarti kita deru asap berlalu menyakitkan
Hidup dalam lupa
Berarti kita jiwa kosong tanpa lolong
Hidup dalam mati
Berarti kita bunga tanpa duri
Dan hidup tanpa bumi lahir ini!
Berarti sebentar lagi jasadmu terkubur mati!

Sekian,
Aku penyair berdarah putih
Dari negeri leluhurku untuk negeri leluhurku
Dari kemarin kuciptakan
Sampai sedini ini aku bertahan
Obi Samhudi
Pontianak, 28 Oktober 2013 (Kami Mulut Yang Bersajak)


share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 5:01 AM and have 0 comments

No comments:

Post a Comment