Pemangkat merupakan sebuah Kota Kecamatan dengan julukan Kota
Berkat, Kota Perdagangan dan Kota Api (sering terjadi kebakaran) yang secara
administratif terletak di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jawai, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Selakau, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Semparuk, dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna.
Populasi sekitar 90 ribu jiwa dengan beberapa suku atau etnis
yaitu Melayu, Tionghoa, Dayak, Bugis, Jawa dan suku lainnya. Mata pencaharian
penduduk Pemangkat yaitu sektor pemerintahan, perdagangan, pertanian,
peternakan, kerajinan tangan, perikanan dan sektor keterampilan (buruh, kernet,
cangkau, dan keahlian bangunan). Sebagian besar penduduk beragama Islam dan
sebagian lain beragama konghucu, Nasrani dan Budha.
Bukan hanya panorama alamnya yang indah, Kota Pemangkat juga
banyak menyimpan misteri dan peninggalan-peninggalannya tempo dulu. Di kaki
Gunung Tanjung Batu terdapat 2 buah meriam tembak yang usianya hampir 2 abad
dan sampai sekarang masih ada keberadaannya.
Tidak jauh dari situ terdapat Tugu
kekejaman fasisme Jepang yang memakan korban tidak sedikit. Tugu pada awal tahun 1974 masih terlihat dikelilingi oleh
belasan makam prajurit Belanda yang gugur menjalankan tugas, dengan bukti diberinya tanda setiap kepala
nisan dengan bentuk salib yang diletakkan topi baja prajurit.
Pemerintah kurang
memperhatikan dan tidak dipelihara sampai tahun 2008, maka dapat dilihat
sebagai sebuah tugu monumen yang bentuknya bujur sangkar dengan puncak atas
berbentuk limas dengan tulisan 1850 dan badan tugu empat persegi bertuliskan F.
Jsorg, Luit Kol Inf. 1850 dan V.Winsheim.
Pada masa pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda, Pemangkat
adalah Benteng Pertahanan yang strategis dan merupakan tempat pendaratan
Balatentara Jepang pertama kali di Kalimantan Barat pada tahun 1942.
Berbicara masa era pemerintahan Hindia-Belanda, ada satu
tempat yang sampai saat ini masih ada keberadaannya yakni Makam Jendral Belanda
Van Den Bosch di atas Bukit Tanjung Batu Pemangkat. Masyarakat pribumi
mengenalnya dengan nama “Obos”, dan di makamnya terdapat tulisan !0/10 th.1850.
Sampai saat ini, masyarakat pribumi menganggap kawasan
tersebut mempunyai nilai mistis dan membuat bulu kuduk merinding.
Makamnya tidak terlalu menarik dan kurang terawat, dibiarkan
terlantar begitu saja. Padahal ini bisa menjadi objek wisata sejarah untuk Kota
Pemangkat. Perlu diberi taman dan hal-hal pendukung lainnya, dengan kata lain
ini akan menambah destinasi Kota Pemangkat dan Kabupaten Sambas pada umumnya.
Sosok Van Den Bosch atau Obos diceritakan oleh masyarakat
setempat sebagai tentara Belanda yang bengis dan memiliki ilmu “rawa rontek”
atau ilmu kebal, untuk membunuhnya harus memisahkan tubuhnya tanpa setitik
darah jatuh ke tanah dan bagian tubuhnya harus dikubur didaratan yang terpisah
oleh laut. Selain Tanjung batu bagian tubuh lainya ada di Gunung Kalangbau.
Itulah sepenggal cerita tentang kisah misterius yang ada di
Tanjung Batu. Namun, selain kuburan Obos, di Tanjung Batu juga terdapat cerita
rakyat lainnya, yaitu batu ballah, batu Betangkup. Keduanya merupakan daya
tarik tersendiri bagi wisata yang berada tak jauh dari Pantai Sinam ini.
Selain 2 kisah diatas, yang ditawarkan oleh Tanjung Batu
adalah wisata bahari (kelautan) dan bebatuan. Banyak batu-batu terhampar
seperti disusun dengan sengaja ditepi-tepi laut, yang paling terkenal adalah
Batu Ampar.
Wisata ini diberi nama Tanjung Batu karena letaknya yang berada
didaerah tanjung dan juga dikelilingi oleh bebatuan yang entah darimana
asalnya, bahkan gunungnya pun untuk kaki gunung hanya bebatuan yang akan anda
lihat.
Bagi anda yang hobi memancing, di Tanjung Batu anda juga
dapat memancing. Aneka jenis ikan dan udang berlimpah dilaut Tanjung Batu.
“Disini banyak ikannya, kakap merah dan kerapu sangat mudah didapat,” jelas
Budi, salah satu pemancing.
Daerah wisata Tanjung Batu terbagi menjadi 2, yaitu Duyung
Permai (DP) 1 dan DP 2.
Untuk DP 1, terdapat 2 pintu masuk. Pintu masuk pertama
khusus untuk tamu hotel, sedangkan pintu masuk kedua itu untuk anda yang ingin
berliburan bersama keluarga menikmati keindahan alam, desiran ombak dan
hijaunya gunung Tanjung Batu.
Khusus bagi anda yang masuk dengan pintu masuk yang kedua,
yang pertama anda lihat adalah 2 meriam dikedua sisi pintu gerbang yang konon
katanya sudah berusia puluhan tahun.
Di DP 1, ketika lebaran anda sekeluarga akan dapat menikmati
menaiki permainan kincir. Begitu anda berada dipuncak kincir, anda dapat melihat
seluruh daerah di Pemangkat.
Di DP 2, anda hanya memiliki 1 jalur pintu masuk, disana
menawarkan hotel, restoran, pemandangan yang indah dan pemancingan. Disana anda
dapat melihat Pantai Sinam, Jawai dan Kalangbau. Apabila sore-sore anda duduk
didekat bekas mercusuar, tepat didepan Kalangbau, anda akan dapat menikmati
sunset yang begitu indah.
Di restoran Tanjung Batu, harganya sama saja dengan tempat
wisata yang lain. Untuk minuman dari harga Rp. 5.000,- sampai Rp. 10.000,-.
Sedangkan bagi anda dan keluarga yang ingin menginap, harga 1 kamar adalah Rp.
100.000,- per malam sampai Rp. 150.000,- per malam. “Untuk biaya hotel kelas ekonomi adalah Rp. 100.000,- dan
kelas VIP Rp. 150.000,- per malamnya,” jelas Nuraini, ibu 2 anak ini.
“Kalu minuman biasa seperti teh, aqua, dan kopi itu Rp.
5.000,- dan minuman kaleng itu Rp. 10.000,-. Sedangkan untuk makanan, untuk
ayam itu Rp. 8.000,- per potong, nasi goreng dan mie dari Rp. 15.000,- sampai
Rp. 20.000,- per porsi, dan untuk makanan sea food seperti ikan, cumi dan udah
itu dari Rp. 80.000,- sampai Rp. 150.000,- per porsi,” tambahnya, yang juga
sebagai juru masak di restoran DP 2.
Sekarang di DP 2, ditepi laut sudah dibangun gazebo (tempat
santai), tentunya sudah dipagari untuk keamanan dan kenyaman pendatang.
Kepuasan anda adalah bahagia kami, mungkin itulah motto dari Tanjung Batu.
Biasanya wisata Tanjung Batu ramai dikunjungi selama Hari
Raya. “ Paling ramai disini ya pada Hari Raya, khususnya pada Hari Raya kedua,”
jelas Pardi, yang sudah membuka warung sejak tahun 1995 ini.
Untuk keamanan, di Tanjung Batu bisa dibilang aman. “Tenang
saja disini aman dan biayanya pun lebih murah dari 20 tahun yang lalu, kalau
dulu Rp. 5.000,- namun sekarang hanya Rp. 30.000,- ,” jelas Sabran, juru parker
dan karcis yang sudah bekerja di Tanjung Batu puluhan tahun.
Mari ajak keluarga anda berlibur ke Tanjung Batu, dijamin
anda sekeluarga tak ingin rasanya meninggalkan daerah bebatuan ini dengan
sejuta panorama indahnya.
Posted by 5:36 AM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment