Perahu ajong dihanyutkan ke laut |
Hai sobat flatulence, udah lama nih Mr. Kentut tidak membagikan tempat wisata yang bisa sobat flatulence datangi bersama keluarga maupun pacarnya. Dikesempatan kali ini ana bakalan membagikan wisata budaya yang ada di Sambas. Bekicot !!
Perahu ajong |
Pra Antar Ajong
Kabupaten Sambas bukan hanya memiliki panorama alam yang menarik, namun kawasan yang berada paling utara Kalbar dengan penduduk mayoritas melayu ini juga memiliki sejumlah kebudayaan yang cukup menarik. Terutama bagi mereka yang menyenangi wisaya budaya. Salah satunya adalah "Antar Ajong," yang dihelat di Paloh, tepatnya di Tanah Itam.Antar ajong merupakan upacara ritual adat para petani disana untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat setempat mempercayai aktivitas tersebut dapat membuat tanaman padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat sekampung. Karena mengacu pada waktu tanam, maka waktu pelaksanaan antar ajong biasanya setiap pertenggahan tahun, sekitar bulan Juni atau Juli.
Upacara adat budaya antar ajong dimulai dengan masa persiapan pembuatan perahu yang diberi nama "Ajong" dengan diketuai oleh tokoh adat setempat. Waktu pembuatannya yaitu H-2 (dua hari sebelum hari H pelepasan). Perahu ajong dibuat menyerupai kapal-kapal layar dalam bentuk mini yang lengkap dengan palkan dan geladak kamar tidur, pokoknya mirip perahu kapal aslinya. Biasanya ukuran badan perahu bervariasi dengan lebar 20 cm - 40 cm dan panjang 1,5 m - 4 m. Kain yang dibuat sebagai layarnya sering tampil dalam berbagai warna pilihan, tetapi lebih didominasi oleh warna putih dan kuning. Badan perahu diberi warna cat bebas dengan variasi gambar ukiran khas Sambas.
Pada malam hari H diadakan acara besiak (memanggil para roh jahat). Prosesinya yaitu dengan cara membujuk dan menyanyikan dengan mayang pinang yang akan dikumpulkan untuk dikirim jauh dari kampung melalui media perahu ajong. Perahu mini dini berisikan perbekalan yang ditujukan kepada para roh jahat yang isinya antara lain berbagai kue adat, ketupat pulut, cucur deram berwarna putih dan merah, bunga rutteh, dan dilengkapi dengan nasi pulut, beras kuning.
Selain itu, dalam perahu ajong juga ada boneka mini berbentuk manusia dan hewan ternak (ayam dan burung). Dapur untuk memasak yang serba mini juga tersedia. Rempah dapur (kunyit dan serai), beras dan padi lengkap dengan tangkainya yang dikemas dalam karung mini, bibit pinang, pekeras adat (paku dan benang putih).
Layaknya kapal yang hendak berlayar jauh, ajong juga dilengkapi dengan peralatan tidur (tikar dan bantal), 7 (tujuh) kappal (genggam) nasi dalam variasi 7 (tujuh) warna, perlengkapan pertanian dan pertukangan (cangkul, gergaji dan lain-lain).
Setelah semuanya siap, tiba saatnya untuk berangkat. Pada hari H pelepasan perahu ajong, paginya, setiap rumah penduduk dipercikan air yang telah di jampi tokoh adat atau yang lebih dikenal dengan istilah bepapas. Air ini pula yang digunakan untuk membasahi benih agar tumbuh subur.
Saat Antar Ajong
Menjelang waktu untuk melepas perahu ajong ke laut, merupakan saat yang ditunggu-tunggu masyarakat maupun pengunjung yang memadati pantai Tanah Itam. Begitu menterai bergerak ke barat, berduyun massa mendekat ke bibir pantai. Masing-masing tak sabar untuk menyaksikan apakah perahu ajong yang disiapkan lancar perjalanannya mengarungi lautan. Seiring dengan hembusan angin darat menuju ke laut yang cukup kencang, seketika itu pula perahu layar mini tanpa penghuni yang lengkap bekalannya ini meluncur ke laut.Sorak sorai membahana mengiringi ajong yang terus berlayar hingga tak lagi tampak dari pandangan mata telanjang siapapun yang berdiri di pinggiran pantai.
Bupati Sambas ikut antar ajong |
Setelah Antar Ajong
Sepeninggal ajong, maka pantang larang pun berlaku atau dalam masyarakat Sambas sering disebut dengan be sam-sam. Dalam sehari semalam setelah perahu ajong dilepas, anggota masyarakat kampung tidak boleh menyembelih hewan apapun (mengeluarkan darah). Resiko adat bila pantang larang dilanggar, yaitu membuat 100 buah ketupat, tidak boleh kurang yang kemudian dihantarkan ke laut lepas.Sejarah dan Makna Antar Ajong
Makna antar ajong menurut Awang Bujang (74), seorang pawang senior di Kecamatan Paloh, antar ajong sudah dilakukan masyarakat setempat sejak zaman Kerajaan Majapahit, sebelum Kesultanan Sambas berdiri. Waktu itu, secara periodik masyarakat mengirimkan atau mengantar upeti kepada Kerajaan Majapahit berupa hasil-hasil bumi menggunakan "perahu lancang kuning" (perahu ajong). Setelah Kesultanan Sambas berdiri, pengiriman upeti tersebut tidak dilakukan lagi.Awang Bujang menerangkan, inti sari dari ritual antar ajong ini adalah mengumpulkan roh-roh jahat untuk kemudian mengirimnya pergi berlayar. Hal ini dilakukan agar roh-roh jahat penguasa segala hama, wabah dan bencana itu tidak mengganggu warga berikut sawah ladang serta kebunnya. Sebagai kompensasi, warga memberikan bekal yang diperlukan roh itu selama berlayar berupa ratteh, beras kuning, garam, pisang, kelapa, kue cucur, ketupat dan barang-barang keperluan lain yang dibutuhkan rumah tangga.
Bekal itu hanya cukup untuk sembilan bulan. Jadi, menurut beliau, roh-roh jahat itu akan kembali lagi setelah 9 (sembilan) bulan. Namun, hal tersebut tidak akan menjadi masalah, karena masa panen sudah selesai (padi tahunan yang berumur sekitar delapan bulan). Untuk menghibur roh-roh jahat itu supaya tidak merajuk (marah), maka dibuatlah ratteh (emping beras).
Proses yang sama diulang kembali ketika memasuki musim tanam tahun berikutnya. Untuk menentukan kapan ritual antar ajong dimulai ternyata tidak sembarangan. Terlebih dahulu harus ada wangsit (alamat yang diterima oleh pawang dari alam gaib). Sampai sekarang, Antar Ajong masih diyakini warga. Menurut Lihin, rata-rata masyarakat setempat masih berpatokan kepada proses ini untuk memulai musim tanam, kecuali yang menggunakan bibit unggul (padi tiga bulan).
Pandangan Ritual Antar Ajong
Antar ajong ke depannya, Awang Bujang mengakui ada sebagian masyarakat yang menganggap proses ini sebagai perbuatan syirik. Namun, kata dia, masyarakat hendaknya tidak mencampur adukkan masalah budaya dan tradisi dengan agama.Pangeran Ratu H. Winata Kesuma, Pemangku Adat Kesultanan Sambas, ketika diwawancara juga menyampaikan hal yang senada. Sementara itu, Kadis Kombudpar Sambas, Drs Haris Harahap, menyebutkan, antar ajong adalah adat budaya asli yang patut dilestarikan. Ia kagum dengan tingginya minat masyarakat menonton acara ini.
Haris berwacana untuk mengemas tradisi Antar Ajong ini menjadi sebuah potensi wisata yang menjanjikan. Diluar momen ritual ini, direncanakan akan diadakan sebuah festival antar ajong yang menampilkan utusan dari seluruh desa di Kecamatan Teluk Keramat dan Paloh. Kegiatan ini diyakini akan dapat menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Sambas.
Posted by 6:34 PM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment