Memilih siswa dalam pengelompokkan merupakan
perilaku kejahatan yang signifikan dalam menciptakan pengharapan-pengharapan
yang berbeda dari tiap siswanya. “Sekali siswa ditempatkan dalam kelompok yang
lebih rendah atau dalam kelas yang ‘lamban’, maka kemunduran akan
terjadi, hal ini dikarenakan sering sekali diabaikan akses mereka untuk
mendapatkan materi pembelajaran yang berkualitas, matematika yang berkualitas
tinggi, dan guru-guru terbaik.” (Siver, Smith, & Nelson, 1995)
Matematika untuk siswa dalam kelompok yang lebih
rendah hamper seluruhnya berorientasi pada drill
pengulangan dengan kesuksesan yang minim dan hasil yang kurang memuaskan.
Pengharapan-pengharapan yang rendah dari guru-guru tersebut diperkuat ketika
siswa tidak terdorong untuk berpikir ataupun bergelut dalam aktivitas-aktivitas
dan interaksi-interaksi yang mengacu pada pemecahan soal dan pemaparan
alasan-alasan.
Secara serupa pencapaian-pencapaian yang dibuat oleh
grup-grup tertinggi yang telah ditemukan adalah minim, apabila hal tersebut
dibandingkan dengan siswa yang sama dalam kelas heterogen. Pada saat yang sama,
grup-grup dengan penghargaan yang rendah dihindarkan dari pelajaran yang berkualitas.
Tak ada yang mendukung pengelompokkan siswa dengan cara memilih pada siswa dari
tingkat TK sampai klelas VIII yang dapat ditemukan dalam perbandingan
internasional.
Dalam kelas yang lebih heterogen, pengharapan sering
sekal berubah-ubah, seperti seorang anak yang sebelumnya dipersepsikan sebagai
kurang mampu menjadi mengerti dan bekerja dengan baik dengan konsep-konsep yang
tidak mereka dapatkan di kelas yang lebih rendah. Mengekspos semua siswa untuk
berpikir dengan level yang lebih tinggi dan Matematika yang bermutu
menghindarkan penggabungan perbedaan dari tahun ke tahun yang diakibatkan oleh
pengharapan yang rendah.
Posted by 4:56 PM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment