Kita semua memiliki
kapasitas mental yang berbeda-beda yang
membentuk kekuatan atau kelemahan
individu atau cara belajar kita masing - masing. Siswa dengan
ketidakmampuan intlektual (biasanya dengan IQ antara 50-70) akan memiliki
keterbatasan dalam hal pemahaman
Matematika. Hal pokok yang dibutuhkan oleh siswa seperti ini adalah
waktu lebih untuk belajar dalam kondisi biasa. Walaupun kebanyakan siswa dengan
masalah seperti ini akan tertangani dengan lebih baik dalam sebuah kelas
khusus, ada banyak bagian dari ketidakmampuan intektual yang lebih baik ditangani
di kelas reguler.
1.
Modifikasi
dalam pengajaran
Terbatasnya kemampuan kognitif tidak mengubah siswa
belajar, namun keterbatasan ini bisa mengubah arti pengalaman siswa dan
perolehan mereka dalam proses belajar. Contohnya, seorang siswa dengan
ketebatasan kemampuan kognitif dapat mempelajari sebagaian/seluruh
konsep sebagaimana siswa tanpa gangguan melakukannya. Akan tetapi, lebih banyak
waktu, pengulangan, dan pengunaan alat belajar kongkrit akan dibutuhkan. Secara
umum, siswa dengan kebutuhan khusus ini belajar dengan kecepatan yang sangat
lambat jika dibandingkan dengan teman-teman mereka yang biasa. (Bley, 1994; NRC
2001).
Meskipun kelas bertempo cepat dan sangat interaktif mungkin agak memberatkan
bagi siswa yang membutuhkan waktu lebih untuk belajar, mereka dapat memperoleh
keuntungan dari banyak pengalaman yang sama dengan yang dialami siswa lain di kelas.
Siswa seperti ini dapat dan sebaiknya berpartispasi dalam pengerjaan proyek
kelas dan ikut serta bersama teman sekelompoknya. Peran siswa seperti ini
hanyalah dengan tuntutan yang tidak terlalu besar, seperti penyedia materi atau
penyemangat. Peran-peran kecil seperti itu cukup membantu, karena memiliki
potensi menjadi kemampuan yang mereka butuhkan dalam dunia kerja ketika dewasa.
Pasangkan
siswa dengan kemampuan terbatas ini dengan siswa yang berbeda dalam jangka
waktu tertentu, dan mintalah mereka untuk membantu siswa dengan gangguan
tersebut untuk mengerjakan tugas yang sama atau untuk mengembangkan ide yang
sama. Dalam hal ini, terdapat kemungkinan akan dibutuhkannya pembahasan ulang
atau pembahasan yang melewati cakupan pembahasan, dan siswa lain juga akan
dibutuhkan untuk menjelaskan bagian yang tengah dibahas. Melibatkan siswa
dengan kemampuan belajar yang lebih lambat dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM) dan pengerjaan proyek merupakan sebuah hal yang penting bagi seluruh
siswa di kelas. Semua siswa membutuhkan apresiasi dan penerimaan akan perbedaan
dalam setiap manusia.
2.
Modifikasi
dalam kurikulum
Karena anak anak dengan keterbatasan kemampuan
membutuhkan waktu lebih banyak untuk belajar, hal ini tentunya mempengaruhi
perolehan mereka dalam suatu tujuan ajaran; mereka menyerap lebih sedikit
pelajaran dari pada teman-temannya yang bisa. Berdasarkan fakta ini, dapat di
katakan masuk akal untuk fokus pada hal hal yang akan bernilai bagi mereka dimasa
mereka dewasa nanti. Kemampuan berhitung jelas merupakan hal yang sebaiknya
diubah. Tak ada alasan lagi untuk menekankan pada pemahaman dengan banyak hal
sebagaimana disayaratkan pada anak anak dengan kemampuan normal. Alogritma
penghitungan yang biasa diajarkan secara spesifik sebaiknya dihilangkan.
Para siswa ini sebaiknya memiliki kakulator yang
dapat digunakan dengan mudah untuk semua pekerjaan matematis. Anak dengan keterbatasan
kemampuan harus diberi instruksi dengan lebih hati-hati dan lebih banyak latihan
dalam mengunakan kakulator atau alat bantu hitung lainnya yang mereka gunakan.
Sementara mekanisme penghitungan dan penghitungan
itu sendiri dapat di kuasai lewat kalkulator, makna atau penguasaan terhadap
angka-angka atau bilangan tidak terdapat dikuasai semudah itu. Jangan
membingungkan mereka dengan konsep urutan angka. Yang penting untuk mereka
pahami adalah fakta bahwa sekarang tepuang memiliki berat 5 pound, bahwa $100
dapat digunakan untuk membeli sebuah sepatu yang bagus, atau bahwa berjalan
sejauh satu mil membutuhkan waktu 20 menit. Angka atau bilangan dengan
penggunaan yang masih abstrak tidak terlalu mereka butuhkan dalam pembangunan
konseptual mereka.
Posted by 3:15 PM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment